Apr 30, 2010

Sekolah Tukang Akalin Nomor????

Sebenernya saya sudah tak ingin membahas masalah gayus lagi. Sudah males, biarlah masyarakat sendiri yg menilai. Tapi, gara2 melihat sebuah artikel di salah satu media yg secara jelas menghina STAN membuatku dongkol [mungkin bukan aku saja..tapi seluruh mahasiswa STAN]. Kesabaranku sebagai mahasiswa mungkin memang sedang di uji.

Hanya ingin minta sedikit pendapat. Apakah artikel seperti ini pantas terpampang di media??skala nasional bahkan..


Ini nih artikelnya...

____________________ARTIKEL____________________
Sekolahnya Tukang Akalin Nomor ( STAN )
by Joeseph Timoth , Kompas 28 April 2010



Perkembangan penggelapan pajak, permainan nilai bea masuk di Bea Cukai, Memperlambat cairnya Anggaran APBN, penyalah gunaan wewenang di Kementerian Keuangan RI saat ini, bagaikan bisul dan bau kentut yang mulai timbul dan tercium dipermukaan sekitar tubuh kita. Para aktor, sutradara, perampok uang Rakyat ini kebanyakan Alumni dari Sekolahan ini. Sekolahan situkang pemeriksa keuangan Negara ini, pertama sekali dibuka di Jalan Mulawarman, Kebayoran baru Jakarta selatan.

Kita ketahui bersama bahwa Mahasiswa disini sejak hari pertama sudah diajarkan untuk mengutak-atik angka dan bilangan laporan keuangan. mereka diajarkan untuk meneliti secara detail angka-angka keuangan Pemilik Perusahaan dari kelas teri apalagi kelas kakap, para Gayus gayus pasti demand soal-soL begini, makanya jangan heran anak-anak baru yang masih ingusan alumni sekolah ini banyakyang kaya kaya. Saat belajar mereka juga punya akses memeriksa daftar perusahaan Pembayar Pajak terbesar, dan pengutang terbesar. Para Alumni mereka yang sudah bekerja didalam kementerian ini tentu ngiler untuk ketemu bagian keuangannya perusahaan yang dimaksud, apalagi ada kesalahan atau keterlabatan, Undang- undang dan pasal-pasal pelanggarannya udah pasti didalam kepala mereka. pokoknya data-data yang menyangkut fullus di Negara ini Para mahasiswa dan dosennya pasti memiliki birahi yang tinggi untuk terjun langsung dalam permainan sirkus penerimaan keuangan Negara di Kementerian ini.

Jangan heran bila mereka telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tukang Akalin nomor penerimaan Negara ini, banyak yang jadi orang kaya baru, ndak pernah aku temukan alumni sekolah ini bekerja sebagai guru SMP atau tenaga pengajar di non Departemen Keuangan, sebaliknya Alumni STAN memonopoli lahan basah di Seluruh Departemen yang terdapat di Kementerian keuangan. hal ini sudah berjalan puluhan tahun, dan berputar bagaikan escalator yang terpelihara dipelihara dengan baik. jikalau Komjen Susno duaji tidak bersiul untuk membongkar gorong- gorong gelap di lembaga ini, niscaya sampai kapanpun Gayus gayus Alumni STAN akan berpenampilan kayak pengusaha sukses, di Kampung Indon ini, walaupun sejujurnya mereka digaji dari pungutan pajak, blasting, PPH,PPN, PPH pasak bumi pasak air, Bea Masuk, Bea Keluar, Angin Masuk Kentut keluar, dll dari berbagai macam pungutan di Negara ini, tidak lepas dari ide-ide sekolah mafia ini.
____________________ARTIKEL____________________

Pendapat saya pribadi : ah..bahas alumni lagi alumni lagi..kalo memang punya dendam sama STAN jangan seperti ini donk..gak etis banget..
Kalo memang mau merunut latar belakang gayus2 kenapa gak dirunut sekalian dari SMA, SMP, SD, TK, ASAL DAERAHnya dari mana..
Dan sayangnya, kenapa media sebesar KomP*s bisa meloloskan artikel seperti ini..

Bagaimana pendapat dari teman2 blogger semua??

23 comments:

  1. hehehe boleh juga singkatannya

    ReplyDelete
  2. Iya mbak,pinter tuh buat singkatan..sayang isinya kayak gitu

    ReplyDelete
  3. wah, ngga ngerti saya kalo mslh artikel yg bisa dipampang di media sekala nasional...

    ReplyDelete
  4. pepatah
    krn nila setitik rusak susu sebelanga..
    sedang begitu dianut

    g perlu emosi
    cukup buktikan, g semua alumni begitu

    ReplyDelete
  5. nggak pa pa kompas mempublikasikan artikel seperti ini, mudah2an bisa tambah melecut alumni stan yg bersih utk memperlihatkan karya nyatanya utk kemajuan negeri ini...

    ReplyDelete
  6. Susah jg ya sob, urusanx..1 yg brbuat kna semua..

    ReplyDelete
  7. efeknya meleber kemana2 yah, yang berbuat satu semua ikut kena jeleknya

    ReplyDelete
  8. apa iah?? ribet jadinya mah..

    ^_______^ happy blogging aja deh..

    ReplyDelete
  9. setuju, sekolah mah gak salah, yg salah jelas individu yang melakukannya :) btw kenapa kompas menerbitkannya itu hanya bagian strategi pemasaran aj, dan kebetulan sekarang memang bisa lebih bebas beropini :)

    ReplyDelete
  10. haluuwww de :)

    apa kabar,m' wiend baru online la9e neh he he..


    udah biarin ajah,tak ada kerjaan dia kalii,bisa ajah nikin sin9katan stan,yan9 pasti tidaks emua oran9 seperti gayus,semuanya memang kena imbasnya 9ara 9ara 9ayus ini..

    untuk masyarakat yan9 cerdas akan tahu STAN itu apa ;)

    ReplyDelete
  11. sabarrrr..... meski emang kata2nya menyakitkan.. biar g jengkel pikir aja gini yup mungkin saja orang2 yg gak suka tuh karena enggak ketrima di stan atopun di penerimaan s1nya... jadinya g akan marah2 ma yg ngejelekin stan atopun depkeu ok?! hehehe

    ReplyDelete
  12. saya kira artikel itu mengandung penilaian bias. seharusnya memang tidak diloloskan untuk terbit. kalau artikel itu muncul di situs/blog pribadi, masih wajar lah.

    yah, buat teman-teman STAN, sabar saja ya. ambil hikmahnya aja.

    ReplyDelete
  13. ayoo untuk para mahasiswa nya buktikan bahwa tulisan itu tidak benar ^^

    ReplyDelete
  14. gayus yang salah koq kampus tempat ia belajar dulu yang di salahin waaaah bodoh tuh komentator

    ReplyDelete
  15. biarin aja deh mas, mungkin dia buat artikel itu karna gak bisa STAN. hehehe...

    ReplyDelete
  16. halah
    provokator sejati saja dianggep
    malah tambah seneng dianya

    ReplyDelete
  17. kesalahan personal jangan sampai menjelek-jelekkan lembaganya ya...kan masih banyak juga yang baik

    ReplyDelete
  18. g etis ni namanya ada satu yg jelek bawa2 lembaganya..belum berati karna satu yg jelek semuanya jelek..

    g usah digubris saja tu orang..ato buat ja surat pembaca dikompas mengenai artikel itu

    ReplyDelete
  19. itulah manusia
    terlalu menggeneralisasi masalah
    cuma oknum, malah institusi diangkut juga.
    sabar bro

    ReplyDelete
  20. sebenernya emang ganggu banget ya
    hanya gara-gara si gayus, nama STAN jadi diperbincangkan

    seharusnya ga perlu deh ngolok2 gitu, apalagi sampe membuat nama-nama aneh buat STAN.

    buat apa coba?
    toh yang bermasalah gayusnya juga kan
    heeemm

    aneh

    ReplyDelete
  21. padahal setauku STAN itu,, Setelah Tamat Akad Nikah...wkwkwkwkwk..

    ternyata ada artikel kaya gini ya...
    mmm,,aku tersinggung...

    ReplyDelete
  22. hahahahaa
    lucu juga idenya
    stan jadi sekolah tukang akalin nomor. hahahaha

    ada ada saja

    ReplyDelete

Monggo bagi yang mau mengeluarkan uneg-unegnya. Jangan cuma disimpan dalam hati, gak baik lho. Ditunggu coretan-coretan kalian semua. Terima Kasih :D