Jan 27, 2013

Valentine Terakhir

Sedikit berbagi, cerpen cupu pertama ane yg diikutkan lomba (tahun 2011) kalo gak salah. Bikinnya cuma 6 jam, jadi ya maaf kalo masih aneh bin janggal dibacanya, hehe.

GUBRAK. Kutolehkan kepalaku sedikit ke belakang mencari datangnya sumber suara. Sesosok gadis muda, delapan belas tahun, seluruh bagian tubuhnya tertutup, terbungkus rapi di dalam pakaian panjang dan hijab, kecuali tangan dan wajahnya. Kulihat dia tersungkur karena menginjak roknya sendiri yang memang terlalu panjang. Sambil meringis kesakitan dia mencoba berdiri dan berjalan lagi. Dan kini dia sudah berada di depanku.


“Iiihh, tungguin dong, kamu jalannya cepet banget sih, ” katanya sambil bersungut-sungut menahan sedikit rasa sakit karena terjatuh tadi.

“Iya tuan putri, sudah tahu pakai pakaian panjang pake acara lari-lari segala,” sindirku sambil senyum-senyum geli melihatnya.

“Lha kamunya juga jalannya cepet banget sih. Eh sekarang tangal 14 februari kan?”

“Iya.”

“Gak ngucapin Happy Valentine Day?” tanyanya padaku sambil mengeluarkan senyum ejekan andalannya.

“Enggak,” dengan gaya sedikit angkuh yang dibuat-buat kujawab pertanyaannya. Kembali kupercepat jalanku dan meninggalkannya, lagi. Aku berhenti di samping sebuah pohon besar di pinggir taman itu. Kusandarkan punggungku di pohon itu  diikuti olehnya sembari merasakan belaian angin sore hari yang menenangkan hati.

“Tak terasa sudah satu tahun sejak hari itu,” pikiranku langsung melayang kembali ke peristiwa satu tahun yang lalu.

***

“Ayo Dek shalat dulu, udah adzan tuh!” kata ibuku setelah melihatku pulang dari sekolah siang itu.

“Sudah pernah,” jawaban yang selalu kukatakan jika ibu menyuruhku. Dengan sedikit intonasi.

Kulempar tas sekolah yang tak berisi ke atas tempat tidurku. Langsung kuganti bajuku dengan baju terbagus yang kupunya. Setelah merasa cocok aku keluar kamar dan bersiap menuju Ninja RR 250CC yang terparkir di depan rumah. Ohya, sepotong coklat berbentuk hati yang dibungkus dengan rapi yang akan menjadi bagian penting untuk hari ini pun tak lupa kubawa.

Hari ini, 14 Februari, diriku ingin menyatakan perasaanku pada seorang gadis yang telah membuatku jatuh hati. Kata orang-orang, kalau mendapat pasangan di hari Valentine itu anugrah. Jadi aku memilih hari ini.

“Mau ke mana lagi Dek? Mbok ya  makan dulu,” ucapan ibu menghentikanku sejenak.

“Nggak, udah kenyang,” jawabku agak ketus dan langsung pergi dengan Ninja RR ku menuju taman yang sebenarnya tak jauh dari rumah.

Di sana teman-temanku sudah menunggu, tak sabar ingin merayakan keberhasilanku. Kupandang sekeliling taman dan pandanganku terhenti pada sesosok mungil yang sedang duduk di sebuah pohon di pojok taman. Aku tahu dia selalu ada di sana. Putri namanya, dialah gadis yang membuatku tertantang untuk mendapatkannya. Dia berbeda dengan gadis yang lain, di saat gadis-gadis yang lain shopping, dia di rumah membantu ibunya. Di saat gadis-gadis yang lain dugem, dia di masjid mendengarkan ceramah. Aku dan Putri sudah saling kenal, hanya saja kami beda kehidupan.

“Ayo boy, langsung hajar saja, udah lapar ne perut” teman-teman yang menunggu kutraktir sudah tak sabar lagi.

Tanpa pikir panjang langsung kudekati Putri yang sedang asyik dengan buku bacaannya. Keyakinanku pun sudah berlipat-lipat.

“Hai Putri,” sapaku.

“Eh, hai Ali,” dia agak sedikit kaget dengan kehadiranku.

Happy Valentine Day Putri,” lanjutku mulai melancarkan aksi.

“Maaf Ali, aku tidak merayakan Valentine,” jawabnya singkat.

“Eh, aku pulang dulu ya ada pengajian,” lanjutnya sambil tersenyum dan meninggalkanku terdiam sendiri di bawah pohon itu.

Aku masih terdiam. Aku hampir tak percaya dengan apa yang kualami hari ini. Baru pembukaan saja sudah ditolak. Baru kali ini ada seorang gadis yang menolak pemberianku. Di saat gadis lain menunggu pemberian di hari valentine ini, dia menolaknya. Teman-temanku pun hanya ikut terdiam tak percaya.

Sore itu aku tidak langsung ke rumah, aku masih penasaran dengannya. Kuarahkan Ninjaku menuju masjid tempat dia biasa mendengarkan ceramah. Diam-diam aku ikut mendengarkan ceramah Pak Ustadz yang kebetulan hari ini tema ceramahnya tentangValentine.

“Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum atau agama maka dia termasuk kaum atau agama itu,” itulah kata-kata Pak Ustadz yang selalu terngiang di pikiranku saat ini.

Sesampainya di rumah langsung kuhidupkan komputer. Tak kuhiraukan lagi perintah ibu untuk makan malam. Kucari semua artikel dengan keyword  “Valentine” dan “pandangan islam tentang Valentine” dengan bantuan Om GoogleHampir semua artikel menyatakan bahwa  budaya Valentine tidak sesuai dengan syariat islam. Mulai dari sejarahnya hingga perkembangannya sampai sekarang tidak ada dalam tuntunan islam. Dan aku adalah orang islam, yang dengan bodohnya tidak tahu hal itu. Sekarang aku tahu mengapa Putri menolak pemberianku tadi.

Sejak saat itu, ceramah Pak Ustadz tak pernah kutinggalkan. Dan ibuku sepertinya berubah sejak tahu ini. Wajahnya kini selalu berseri-seri dan berbinar ketika melihatku.

“Maafkan anakmu selama ini Bu,” kataku dalam hati.

***

“Sekarang sudah tahu kan alasan Putri menolak pemberianmu waktu itu,” tiba-tiba suara itu mengagetkanku setelah aku selesai mendengarkan ceramah di suatu sore masih di bulan februari.

“Eh, Putri. Iya aku sudah tahu sekarang. Terima kasih ya Put kamu udah membuatku jadi lebih baik.”

“Bukan aku, tapi Allah. Mungkin Putri hanya sebagai perantara saja, lebih tepatnya Pak Ustadz sih perantaranya,” kata Putri.

“Eh, masih mau valentin-valentinan?” lanjutnya diiringi dengan tawa kecilnya.

“Aihh, nggak deh. Aku janji ini akan jadi valentine terakhirku,” jawabku.

Valentine yang ditolak,” sahut Putri diikuti tawa kami berdua dan mengakhiri perbincangan sore itu.

***

Kenangan masa lalu itu masih terekam dengan baik di otakku. Dan sampai saat ini pun teman-temanku masih heran dengan segala perubahan yang terjadi pada diriku meskipun mereka sudah bisa memakluminya. Karena hampir semua jenis gaya hidup anak SMA jaman sekarang yang pernah kujalani bersama mereka, gaya hidup yang agak nyeleneh tentunya. Mulai dari bolos sekolah, terlambat masuk sekolah yang hampir tiap hari, ikut tawuran antar sekolah yang tak terhitung lagi. Itu semua kutinggalkan.

Tentang Valentine? Tidak akan ada lagi Valentine dalam hidupku. Karena islam mengajarkan untuk selalu mengasihi kepada sesama setiap saat. Jadi setiap hari adalah hari kasih sayang dalam islam. Bukan Valentine.

“Bener nih gak mau ngucapin Happy Valentine ke Putri?” katanya menggoda dan membuyarkan lamunanku.

NO VALENTINE AGAIN,” jawabku sambil mengambil sebuah kerikil kecil dan melemparnya ke arah Putri. Tapi ternyata dia sudah beranjak meninggalkan pohon.

“Jangan lupa mendengarkan ceramah nanti sore ya!” serunya seraya meninggalkanku sambil memperlihatkan senyum manisnya yang tak akan pernah hilang dari pikiranku. Aku hanya mengangguk perlahan dan membalas senyumnya. 

9 comments:

  1. ihir....ehm...ehm...
    mungkinkah cerpennya diangkat dari sebuah kisah nyata :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkinkaahh kita kan slalu .. *nyanyi
      itu hanya saya dan Dia yang tahu :D

      Delete
  2. terima kasih obat lemah syahwat, sepertinya 2 teman saya yang di bawah boleh tuh dtawarin obatnya :D

    ReplyDelete
  3. kalo dikasih coklatnya ditrima :)
    kalo ucapannya mah kasih senyum ajah heheheh...

    ReplyDelete

Monggo bagi yang mau mengeluarkan uneg-unegnya. Jangan cuma disimpan dalam hati, gak baik lho. Ditunggu coretan-coretan kalian semua. Terima Kasih :D