Nov 29, 2009

Next : Broken Hand Tour (2)

Saat melihat pelanggaran, pikiran Abdul melayang ke masa lalunya ketika tangannya patah ketika bermain bola. Karena waktu itu adalah hari libur semua rumah sakit tidak bisa memberi perawatan yang seharusnya. Kemudian Abdul dibawa ke ahli tulang tradisional. Tapi kemudian ada hal yang aneh pada tangannya setelah pulang dari tukang tulang tradisional tersebut. Kemudian Abdul dibawa lagi ke Rumah Sakit untuk diperiksa. Dirontgen kembali.

Setelah rontgen selesai dan hasilnya keluar. Abdul dipanggil oleh dokter. Dengan harap harap cemas Abdul memasuki ruang dokter.

“Maaf, ini kedua tulang yang ada ditangan patah semua dan belum tersambung dengan benar. Jadi harus segera dilakukan tindakan.” Kata Dokter sambil menunjuk-nunjuk pada hasil rontgen di depannya.

Mendengar itu Abdul langsung lemes. Pasrah. Mau gimana lagi. Dan saat itu juga langsung diambil tindakan. Ketika sebuah suntikan di lakukan, semua berubah hitam bagi Abdul. Tidak tahu apa yang dilakukan oleh dokter dan para asisten2nya, setelah Abdul membuka matanya. Dia sudah berada dalam ruangan dan di depannya terlihat wajah Ayah dan Ibu yg selalu setia menunggui Abdul.

“Gimana Pak, Bu?” suara lemah Abdul mengagetkan keduanya.

“Sudah sadar?gag apa2 kok, kamu istirahat aja dulu. Trus makan ya” kata ibu sambil membelai lembut rambut Abdul. Kurasakan kehangatan saat itu.

Ruangan itu lumayan besar. Dengan dua tempat tidur lain di sisi kanan dan kiri Abdul. Di sebelah kiri tergolek lemas sesosok tubuh dengan balutan di kakinya. Patah kaki mungkin. Kemudian di sisi kanan terlihat seseorang sedang tidur pulas. Seorang wanita cantik yang menungguinya bilang, “pendarahan dalam”.

Selasa pagi. Aku sudah berada di tempat tidur dan didorong oleh seorang suster cantik menuju ruang radiologi sambil diberi sedikit wejangan. Saatnya cek kembali. Rontgen lagi, harap-harap cemas lagi.
Rontgen berjalan lancar. Tinggal menunggu hasil. Entah berapa lama Abdul menunggu di depan Poliklinik Bedah sambil pikirannya berkelana. “Daud Abdul Malik”, suara itu membuyarkan lamunan Abdul. Bergegas Abdul masuk ke ruang dokter ditemani ayahnya.

“Maaf Pak, ternyata tulangnya belum tersambung. Kami sudah berusaha. Jalan satu2nya yaitu dengan operasi.” Kata dokter menjelaskan.

“Operasi Dok??” teriak Abdul sambil pikirannya berusaha memaknai arti dari kata “operasi”.

“Operasinya kapan Dok??” potong ayah Abdul.

“Kalo sekarang gak bisa Pak. Karena sebelum operasi harus puasa dulu. Jadi mungkin operasi bisa dilakukan besok.” Kata dokter lagi.

***

Keesokkan harinya. Saat Abdul terbangun, dilihatnya senyum dari Ayah dan Ibu. Mereka terus menghibur Abdul yg hari ini akan dilakukan operasi pada tangannya.

“Tenang saja nak. Tidak apa2 kok. Semua pasti baik2 saja. Tidak sakit kok, malahan tidak terasa.” Kata mereka terus menghiburku.

Yang ditunggu-tunggu pun datang. Saatnya operasi. 08.00 WIB di ruang operasi Poliklinik Bedah RSUD Wates. Abdul melihat keseluruh penjuru ruang operasi. Melihat alat2 yg dipersiapkan oleh dokter dan suster untuk proses operasi. Abdul memejamkan matanya. Dan setelah mendapatkan sebuah suntikan di lengan kirinya, kesadaranya berangsur-angsur hilang dan GELAP.

Saat membuka matanya, Abdul sudah berada diruangannya kembali. Disambut senyum Ayah, Ibu dan Kakek yang datang dari Klaten. Abdul merasakan sedikit sakit pada pergelangan tangannya. Mungkin luka bekas operasi.

Syukurlah, operasi berjalan lancar. Tulang pada tangan Abdul sudah tersambung kembali. Tinggal masa penyembuhan, mungkin membutuhkan waktu agak lama. Dan sejak saat itu teman2, guru2, teman Ayah dan Ibu Abdul mulai berganti-gantian mengunjungi Abdul. Mereka tak henti2nya memberi semangat pada Abdul. Hingga hari sabtu pagi Abdul masih di rumah sakit dan Abdul sudah diperbolehkan pulang hari itu. Betapa senangnya Abdul bisa kembali ke rumah lagi, meskipun belum bisa bermain bebas seperti dulu. Dan bersiap2 untuk menghadapi Ujian Akhir kelas VI.

Kemudian sebuah tepukan di pundaknya membuyarkan semua lamunan Abdul. “Mau main gak mas??tolong gantikan posisi nomor 12” kata pelatih disambut dengan anggukan mantap Abdul.

***

Itu tadi sedikit ceritaku di saat aku kelas VI SD yang mendapatkan musibah ketika akan menghadapi Ujian Akhir. Tapi Ujian Akhir tetap bisa dilalui dengan lancar hingga sekarang diriku berada di sini. Di STAN, bersama semua teman2ku. Yang akan selalu ada.

4 comments:

  1. true story..

    9imana tan9annya sekaran9 de?
    uda bisa maen bola la9ikan?brarti nda bole an9kat yan9 berat2 yah..

    keep ur health alwys yah de... :)

    ** komen9na di9anti ya? heemm ini lebih mudah de heheh,makasi yaa ** 9e_er.com

    ReplyDelete
  2. walaahh... ni pengalaman waktu kecil tohh... untung baik2 aja yaahh tangannya sekarang...

    ReplyDelete

Monggo bagi yang mau mengeluarkan uneg-unegnya. Jangan cuma disimpan dalam hati, gak baik lho. Ditunggu coretan-coretan kalian semua. Terima Kasih :D